TEMPAT-TEMPAT YANG BERSEJARAH DI KOTA MEKKAH
- Tempat Nabi dilahirkan
Telah diyakini bahwa Rasulullah saw lahir di kaki Jabal Abi Qubais yang terletak di kampung Suqul-lail, Makkah. Kini rumah tempat kelahiran beliau itu menjadi perpustakaan umum. Tertulis didepannya huruf Arab “Maktabah Makkah al-Mukarramah” yang artinya “Perpustakaan Mekkah al-Mukarramah”. Dan umat Muslim dari mancanegara selalu memadati tempat itu. Sebagai ungkapan rindu kepada Nabi akhir zaman, pemimpin yang memberi syafaat hingga hari kiamat.
Kondisi tempat kelahiran Nabi saw yang berukuran sekitar 10X18 meter ini, cukup memperihatinkan dan banyak yang menyatakan kekecewaan bahwa tempat tersebut seharusnya diberi perhatian lebih sebagaimana Rasulullah saw juga memperhatikan Ka’bah yang kemudian oleh para penerusnya diperbaiki dan disempurnakan guna meningkatkan aqidah dan ketakwaan kepada Allah. Bahkan untuk memasuki tempat itu tidak semudah yang kita duga. Penjaga kerap kali mengingatkan agar setiap pengunjung cukup melihat dari pintu saja. Tak boleh berlama-lama.
Tempat ini dulunya dikenal dengan lembah Abu Thalib. Ketika Nabi saw hijrah ke Madinah, rumah ini ditinggali oleh Aqil bin Abi Thalib yang kemudian didiami oleh anak turunannya.
Selanjutnya rumah itu dibeli oleh Khaizuran, ibu Harun Arrasyid, dan dibangun sebuah masjid. Lantas masjid tersebut dibongkar dan sempat tempat itu terbengkalai. Pada tahun 1370/1950, tempat lahir Nabi saw dijadikan wakaf perpustakaan atas permintaan Sheikh Abbas Al-Qattan yang menjabat sebagai gubernur kota Makkah pada saat itu. Permintaannya disetujui oleh pemerintah Saudi dengan syarat wakaf ini tidak bisa dijual-belikan atau disewakan, atau tidak bisa dihadiahkan kepada siapapun, atau tidak bisa ditukar atau dipinjamkan kepada siapa pun.
- ARAFAH
Arafah bisa juga disebut Arafat dalam bentuk plural. Arafah diambil dari kata ‘arafa ya’rifu artinya mengenal atau mengetahui. Dinamakan Arafah karena di tempat itu manusia saling mengenal satu sama lain.
Ada juga yang meriwatkan bahwa Jibril as datang kepada nabi Ibrahim as mengenalkan kepadanya tempat tempat ibadah. lalu Jibril bekata kepadanya, “Apakah kamu telah mengenalnya?”. Ibrahim as menjawab, “Ya aku telah mengenalnya”.
Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa nabi Adam as dan siti Hawa dikenalkan atau dipertemukan kembali di Arafah setelah penurunan mereka dari surga dan berpisah selama 200 tahun. peristiwa yang mengharukan berupa pertemuan nabi Adam dan siti Hawa di Arafah ini dijadikan tempat pertemuan umat manusia setiap tahun.
Arafah di sebut dalam Al-Qu’ran dalam bentuk plural ”Arafat” sebagaimana tertera dalam surat al-Baqarah ayat no. 198,
ﻓَﺈِﺫَﺁ ﺃَﻓَﻀْﺘُﻢ ﻣِّﻦْ ﻋَﺮَﻓَﺎﺕٍ ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭﺍْ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨﺪَ ﺍﻟْﻤَﺸْﻌَﺮِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ
” Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam.”
Arafah berjarak sekitar 25 km dari kota Makkah dan merupakan padang pasir yang amat luas dan di bagian belakang dikelilingi bukit-bukit batu yang membentuk setengah lingkaran. Sekarang ini Arafat sudah subur ditanami dengan pohon-pohon.
Di Arafah Nabi saw pernah bersabda: “Aku wukuf disini dan arafah seluruhnya tempat untuk melaksanakan wukuf”. Arafah merupakan Masy’aril haram atau tempat syiar suci, tetapi Arafat sendiri tidak termasuk tanah haram atau tanah suci seperti Makkah. Rasulullah saw bersabda: “Haji itu ialah di Arafah dan setiap bagian tanah Arafah ialah sah untuk wukuf”.
Arafah merupakan tempat yang sangat penting dalam perjalanan ibadah Haji. Disanalah para jemaah haji berkumpul untuk melaksanakan wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah dari tergelincirnya matahari sampai terbenamnya dan sholat Dhuhur dan Asar dijama’ kan atau disatukan dengan satu azan dan 2 kali iqamat. Wukuf merupakan salah satu rukun haji, tanpa melaksanakan wukuf di Arafah hajinya tidak sah.
Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki menerangkan dalam kitabnya “Labaikallah Humma Labbaik” bahwa Wukuf dalam bahasa Arab artinya berdiam diri. Wukuf di Arafah adalah berada atau berdiam diri di Arafah dengan berpakaian ihram serba putih. Pada saat wukuf disarankan untuk memperbanyak doa sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan. Juga memperbanyak taubat memohon ampunan Allah. Saat wukuf di Arafat adalah saat saat ijabah, saat saat manusia dianjurkan untuk memperbanyak doa, memohon ampun dan bertaubat, dan jangan sekali kali sampai melakukan sesuatu yang buruk baik dalam perkataan atau perbuatan atau melakukan perbuatan yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan kesucian ibadah saat berdiam diri di Arafat.
Allah berfirman mengenai Arafah:Surah Al-Baqarah,ayat:198 ” Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam”
Arafah mengingatkan kita kepada Padang Mahsyar di saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah dan wukuf di hadapan Nya. Saat itu semua manusia sama di hadapan Allah, tidak ada perbedaan kulit dan bangsa yang membedakan hanyalah kualitas ketaqwaannya kepada Allah.
Di Arafah ada dua tempat yang mempunyai nilai sejarah yang sangat penting yaitu masjid Namirah dan bukit Rahmah (jabal Rahmah). Dibawah bukit terdapat sebuah masjid Shakhrat dan tempat mengalirnya mata air Zubaidah (‘ain Zubaidah). Di masjid Shakhrat itulah Nabi saw berwukuf dan pernah turun wahyu yang berbunyi:
ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﻛْﻤَﻠْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺗْﻤَﻤْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻧِﻌْﻤَﺘِﻲ ﻭَﺭَﺿِﻴﺖُ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻷِﺳْﻼَﻡَ ﺩِﻳﻨﺎً
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Ku ridhoi Islam itu jadi agamamu”. (al-Maidah:3)
Di sana juga ada lembah yang disebut dengan lembah ’Uranah (wadi ’Uranah), lembah ini menjadi batas antara Arafah dengan luar Arafah. Di Arafah Rasulullah saw telah berkhutbah ketika melakukan haji wada’. Menurut riwayat dari Jabir ra bahwasanya Nabi saw berkhutbah di hadapan manusia yang sedang melakukan haji bersama sama beliau. Khutbah beliau itu sangat poluler dan dinamakan Khutbatul Wada’ yang dimulai dengan: “Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah suci sebagaimana sucinya hari ini, bulan ini dan negeri kalian ini”
Keutamaan Arafah
– Rasulullah saw bersabda: ”Tidak ada hari paling banyak Allah memerdekakan hambaNya dari neraka daripada hari Arafah. Allah sesungguhnya mendekati mereka dan membangganggakan mereka kepada para Malaikat seraya berkata: Apa saja yang mereka inginkan akan Aku kabulkan” (HR Ar turmudzi).
– Imam besar Muslim meriwayatkan dari ’Aisyah sesungguhnya Rasulallah saw bersabda “Tidak ada hari paling banyak Allah membebaskan hamba Nya dari api neraka kecuali hari Arafah”.
– Hadits lainnya tentang keutamaan tanah Arafah, Rasulallah saw bersabda: “Do’a yang paling mustajab adalah doa di hari Arafah”.
– Seorang laki laki bertanya kepada Nabi saw tentang puasa di hari Arafah. Beliau bersabda: ”Aku berharap, agar puasa di hari tersebut bisa menghapuskan dosa dosa tahun yang lalu dan dosa dosa tahun yang akan datang” (HR Muslim dari Abu Qatadah). Hadits ini berlaku bagi orang yang tidak melakukan ibadah Haji, karena Rasulallah saw tidak berpuasa disaat berwukuf di Arafah.
– Dari Maimunah radhiallahu anha: ”Bahwa orang-orang ragu-ragu mengenai puasa Nabi saw pada hari Arafah, lalu dikirim kepada beliau susu ketika beliau wukuf di Arafah, lalu beliau meminumnya dan orang-orang melihatnya. (HR Bukhari)
- Jabal Rahmah
Di padang arafah terdapat sebuah bukit batu yang bernama Jabal Rahmah. Di atas bukit batu ini terdapat tugu putih yang dibangun untuk mengenang peristiwa sangat penting bagi umat manusia, yaitu pertemuan yang sangat mengharukan antara kedua nenek moyang manusia, Nabi Adam dan Siti Hawa setelah turun daru surga dan dipisahkan oleh Allah SWT selama 200 tahun.
Peristiwa pertemuan kedua nenek moyang manusia ini diabadikan setiap tahun oleh Nabi Adam sendiri dan diteruskan oleh keturunannya sampai sekarang. Di sini pula tempat turun wahyu Allah SWT yang terakhir kepada Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya, ‘Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu’ .
Jabal Rahmat tingginya ± 32 m, panjangnya 300 m, tidak berapa jauh dari kaki gunung berdekatan dengan batu-batu besar yang terhampar, disana terdapat sebuah masjid yang terbuka, dan menurut sejarah ditempat inilah dahulunya Nabi Muhammad SAW, wukuf berkendaraan diatas untanya yang bernama Qush Waa’ dan masjid ini dinamakan masjid Ash Shakh Raat.
- Muzdalifah
Muzdalifah (Al-Ma’syaril Haram)
Muzdalifah terletak antara Mina dan Arafah. Batasnya dari wadi Muhassir sampai Al-Ma’zamain atau dua gunung yang saling berhadapan yang dipisahkan oleh jalan. Muzdalifah ini termasuk masy’aril haram dan tanah suci.
Sebagaimana firman Allah :Surah Al-Baqarah,ayat:198
ﻓَﺈِﺫَﺁ ﺃَﻓَﻀْﺘُﻢ ﻣِّﻦْ ﻋَﺮَﻓَﺎﺕٍ ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭﺍْ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨﺪَ ﺍﻟْﻤَﺸْﻌَﺮِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﻩُ ﻛَﻤَﺎ ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻭَﺇِﻥ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣِّﻦ ﻗَﺒْﻠِﻪِ ﻟَﻤِﻦَ ﺍﻟﻀَّﺂﻟِّﻴﻦَ
“Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”.
Menurut ibnu umar ra. yang dimaksud dengan Masy’aril haram dalam ayat tersebut ialah Muzdalifah seluruhnya.
Dikisahkan bahwa Rasulullah saw. ketika melaksanakan haji wada’ beliau menjamak shalat Maghrib & isya’ di Muzdalifah. Hadis riwayat Abu Ayyub ra. Bahwa ia pernah salat Magrib dan Isyak bersama Rasulullah saw di Muzdalifah pada haji wada (HR Muslim).
Muzdalifah juga merupakan tempat mabit atau bermalam, setelah meninggalkan Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Jamaah Haji dianjurkan untuk sholat Maghrib & Isya jama’ ta’khir dengan satu Azan dan 2 kali Iqamat di Muzdalifah, lalu menuju ke Mina setelah shalat Subuh. Dianjurkan memungut batu kerikil untuk melempar Jumrah di Mina atau diperbolehkan juga memungut batu kerikil di Mina. Di Muzdalifah ada Masjid Masy’aril Haram atau disebut juga masjid Muzdalifah di sana Nabi saw pernah mendatangi kiblatnya.
- B ukit Sofa dan Marwah
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah” – al-Baqarah
Bukit Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit yang terletak dekat dengan Ka’bah (Baitullah). Bukit Shafa dan Marwah ini memiliki peranan sangat penting dalam sejarah Islam, khususnya dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu, menjadi salah satu dari rukun haji dan umrah. Tidak sah haji atau umrah seseorang jika tidak melakukan sa’i antara sofa dan marwah sebanyak tujuh kali.
Shafa merupakan sebuah bukit kecil yang menyambung ke bukit Abi Qubais. Di bukit ini, dulunya terdapat Darul Arqam, Darul Saib bin Abi Saib dan Darul al-Khuld yang sekarang semuanya sudah disatukan menjadi tempat sa’i. sedangkan bukit Marwah bukit yang menyambung dengan bukit Qaiqu’an dan mengarah ke rukun Syami, jaraknya 300 m dari Ka’bah. Marwah merupakan tempat terakhir thawaf.
Dari segi fisik, tidak ada yang istimewa dari kedua bukit itu. Namun, tujuan Allah memerintahkan Ibrahim as agar membawa keluarganya ke Makkah yang kelak di lokasi tersebut rumah Allah (Baitullah) berdiri.
Bukit Shafa dan Marwah tidak dapat dipisahkan dengan kisah seorang wanita yang tak punya tempat bernaung, tak berdaya, namun penuh iman, ikhlas, dan ta’at, dangan harapan agar kelak menjadi symbol keimanan dimasa mendatang. Dialah siti Hajar yang melahirkan anaknya Ismail as di lembah yang tandus tak berair. Ia tinggalkan anaknya dan berusaha (sa’i) mencari air. Ia berusaha sekuat tenaga naik ke bukit Shofa.
Di atas bukit ia melihat kekiri dan kekanan. Harapanya penuh melihat kafilah datang yang bisa membantunya. Kemudian ia berlari lagi ke bukit Marwah. Di sana ia melakukan sama seperti dilakukannya di bukit Shafa. Demikian seterusnya tujuh kali ia berlari bulak balik dari Sofa ke Marwah. Ternyata ia tidak memperoleh air. Air kehidupan yang penuh dengan kenikmatan, keberkahan dan kesembuhan itu justru muncrat deras dari pasir gersang yang dikorek-korek tumit si bayi.
Subhanallah, dari pasir gersang itu keluarlah air. Mulai saat itu Makkah yang dulu merupakan kota tandus, gersang, tak ada pepohonan yang tumbuh, dan tak ada manusia yang hidup, berkat nabi Ismail as, datok nabi kita Muhammad saw, menjadi kota yang subur, makmur dan terlimpah didalamnya aneka ragam dari keberkahan Allah.
Kisah ini merupakan kudwah atau teladan bagi kita untuk melakukan apa yang telah dilakukan Siti Hajar sesuai dengan perintah Allah “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya“ – al-Bakarah, 158.
DITULIS OLEH WAKID YUSUF
https://wakidyusuf.wordpress.com